Usia Senja Tak Menyurutkan Semagatnya
Siang itu cuaca sedang cerah berawan,
seorang wanita lanjut usia, Riasianah(60) tampak duduk diam sambil sesekali
menawarkan dagangannya pada orang yang lalu lalang dihadapannya. Lapak yang
ditunggunya tak kunjung dihampiri orang, tampak dagangannya yang masih
tertumpuk banyak dihadapannya. Tatapannya yang kosong tampak sendu, seperti ada
beban berat yang ditanggungnya.
Setiap pagi Rasianah akan datang ke
pasar minggu, ketempat dimana ia mengumpulkan rupiah demi melanjutkan
kehidupannya bersama sang buah hati. Usianya yang senja tak membuat Rasianah
lantas beristirahat dan duduk diam dirumah, suaminya yang telah tiada
membuatnya harus banting tulang untuk mencari nafkah demi melanjutkan hidup
bersama anak-anaknya.
“Saya jualan sejak tahun 1997, tapi
dulu jualannya didekat simpang lima, terus pindah kesini. Setiap hari berangkat
jam setengah 5 pulangnya nanti jam 5
sore. Suami saya udah meninggal, jadi saya nyari uang untuk makan sehari-hari”
ucapnya.
Penghasilan yang tidak menentu, tak
menyurutkan semangatnya untuk berjualan. Karena memang ini adalah satu-satunya
mata pencahariaannya. Rasianah merasa masih punya tanggung jawab terhadap dua
orang anaknya yang saat ini belum menikah.
“Penghasilannya ngga tentu, kadang
dapat Rp. 20.000, paling banyak ya Rp. 40.000 cukup ngga cukup ya harus cukup
untuk kehidupan sehari-hari. Apalagi masih ada tanggung jawab dua orang anak”
ujarnya. (Laras Anjar Sari)
Komentar
Posting Komentar